
Nasib Maskot Kalimantan Selatan di Tangan Mereka! Lihat Upaya Keras Mahasiswa dan Dosen di Pedalaman Barito Kuala.
Kab. Batola, 04/10/2025 – Mahasiswa dan dosen Program Studi Tadris Biologi UIN Antasari Banjarmasin menunjukkan kepedulian nyata terhadap kelestarian satwa endemik Kalimantan dengan menggelar aksi konservasi di Pulau Curiak, Barito Kuala melalui kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat oleh dosen dan mahasiswa pada Sabtu 4 Oktober 2025 dengan tema “Bersama Masyarakat Menjaga Pulau Curiak: Penanaman Mangrove untuk Lingkungan Lestari”. Pada momen ini juga dilaksanakan kegiatan Sekolah Konservasi atau Global National Conservation Scholl (GNCS) yang juga diikuti oleh mahasiswa Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Tadris Biologi kabinet Utopia.
Aksi ini merupakan langkah konkret dalam upaya penyelamatan bekantan (Nasalis larvatus) dan flora fauna lainnya melalui perbaikan habitat alaminya, yaitu ekosistem mangrove di kawasan Stasiun Riset Bekantan dan Ekosistem Lahan Basah Pulau Curiak yang merupakan habitat bekantan di luar kawasan konservasi. Bekantan (Nasalis larvatus) merupakan satwa endemik Kalimantan, maskot fauna Provinsi Kalimantan Selatan sejak 16 Januari 1990 berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 29 Tahun 1990. Keputusan ini juga didukung oleh DPRD Provinsi Kalimantan Selatan dengan nomor persetujuan 161/112/DPRD tertanggal 28 Maret 1990. Upaya pelestarian di kawasan ini vital, mengingat status bekantan yang terancam punah.


Dalam rangkaian acara aksi konservasi ini pada sesi edukasi menghadirkan tiga narasumber yang kompeten pada bidangnya yaitu Dr. Amalia Rezeki, M.Pd. founder Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) menyampaikan materi tentang “Mangrove: Rumah Kita, Pelindung Bekantan dan Penjaga Kehidupan di Pulau Curiak”, M. Ramadhan Jayusman, S.Si. mewakili Badan Pengelola Geopark Meratus menyampaikan materi tentang “Harmoni Alam dan Manusia: Geopark Meratus sebagai Model Konservasi Berkelanjutan di Kalimantan Selatan”, dan Khairunnisa, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Tadris Biologi FTK UIN Antasari menyampaikan materi tentang “Sains untuk Kelestarian: Peran Akademisi dan Mahasiswa dalam Menggerakkan Konservasi Berbasis Komunitas”. Kehadiran para pakar ini bertujuan untuk memberikan wawasan mendalam kepada mahasiswa dan masyarakat sekitar Pulau Curiak tentang hubungan krusial antara hutan mangrove yang sehat dan kelangsungan hidup bekantan serta dampaknya bagi masyarakat sekitar ekostem mangrove. Para peserta kegiatan terlibat secara aktif baik dalam sesi diskusi saat penyampaian materi maupun saat aksi penanaman bibit mangrove rambai (Sonneratia caseolaris) di area penanaman yang telah ditentukan.


Pada kegiatan ini juga dilakukan penandatangan MoU antara Program Studi Tadris Biologi FTK UIN Antasari dengan Sahabat Bekantan Indonesia yang merupakan perpanjangan MoU dari periode sebelumnya. Bentuk implementasi MoU ini dalam tridharma perguruan tinggi yaitu telah dilaksanakannya kegiatan edukasi berupa kegiatan Praktik Kuliah Lapangan (PKL) beberapa mata kuliah seperti Ekologi Tumbuhan, Biokonservasi, dan Pengetahuan Lingkungan; kegiatan penelitian berupa penelitian skripsi mahasiswa Program Studi Tadris Biologi yang dilaksanakan di kawasan Pulau Curiak, dan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat.


Melalui sinergi antara edukasi dari para pakar dan aksi nyata penanaman mangrove, civitas akademica UIN Antasari Banjarmasin berharap dapat memberikan dampak positif jangka panjang dalam upaya konservasi bekantan di Pulau Curiak. Kegiatan ini tidak hanya berkontribusi pada pemulihan ekosistem, tetapi juga mencetak generasi yang peduli dan bertanggung jawab terhadap warisan keanekaragaman hayati Kalimantan.
Tag:FTK, IT25, Mangrove, PKM, Pulau Curiak, Tadris Biologi, UIN Antasari